Kamis, Januari 18, 2018

GERAK DASAR TARUNG

Aba-aba awal

Siaga Grak!!! (Posisi siaga silang)

1. Gerakan maju, mundur, kanan dan kiri tanpa merubah posisi siaga, dibarengi pukulan cepat 2x disetiap gerakannya.

2. Drop kaki depan, dilanjutkan tendangan lurus, pukulan cepat 2x ( Dilakukan 4x pengulangan, maju, putar, maju, putar)

3. Drop kaki depan, dilanjutkan tendanga samping, pukulan lingkar luar dan lingkar atas. (Dilakukan pengelangan 4x, maju, putar, maju, putar)

4. Drop kaki depan, diikuti tendangan Kait depan dan lingkar dalam (satu kaki), dilanjutkan dengan pukulan lingkar luar dan lingkar dalam.

5. Drop kaki depan, tepukan kedua tangan ke gerakan serangan lutut, dilanjutkan dengan sikut samping dan sikut atas.

6. Drop kaki depan, lingkar dalam, pergerakan pukulan cepat arah perut, ditutup dengan pujulan lingkar dalam

Peringatan!!!
Catatan diatas didasarkan pemahaman penulis, konsultasi dengan pelatih masing2 untuk gerakan realnya. BOX



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>

Minggu, Januari 14, 2018

Kisah Nyata Penghapal Al-Quran Yang Tersesat


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Kami berasal dari keluarga betawi pada umumnya. Keluarga besar, 7 bersaudara. Ayah kami hanyalah buruh bangunan, Ibu kami hanya seorang Ibu rumahtangga yang taat pada suami.  Kami tinggal di salahsatu wilayah di Jakarta Timur, yaitu Condet Balekambang.

Terlepas dari beragam kesulitan yang ada, Baba (sebutan kami untuk bapak kami) telah berhasil menyekolahkan kami hingga tingkat SMA. Bahkan ada salahsatu dari kami yang sarjana dan menjadi guru.

Diantara kami bertujuh, ada satu orang, yaitu abang kami yang no.2 yang dari kecil, hingga SMA menonjol dalam hal agama. Abang kami seorang penghapal Al-quran (hafiz). Abang kami sudah cukup banyak memenangkan kejuaraan tilawatil quran, mulai tingkat Rt hingga kecamatan, abang kami selalu juara. Tapi ada cerita miris dimasa hidupnya, yang kami ingin bagi sebagai pengingat. Yup, beliau sudah tiada.

Kami akan mulai bercerita dari masa setelah abang kami yang penghapal Al-quran lulus SMA. Setelah lulus, abang kami bekerja pada salah satu perusahaan BUMN, yaitu Sucofindo. Hal ini cukup membanggakan orangtua kami, tapi sekaligus awal kehancuran kehidupan abang kami.

Diperusahaan tersebut, abang kami terimbas dengan pergaulan yang berbeda. Pergaulan yang jauh dari aturan agama. Hingga pada masa abang kami menikah, kelakuan abang kami makin menjadi-jadi. Hingga pada akhirnya, abang kami terpaksa berhenti dari pekerjaannya.

Setelah berhenti dari pekerjaannya, abang kami bekerja serabutan, mulai dari supir, jual beli tanah, hingga jual beli kambing. Dimasa2 tersebut, abang kami belum juga memiliki keturunan. Dimasa inilah, abang kami mulai lupa segala-galanya, bahkan dengan istrinya abang kami seperti acuh. Ternyata, ada wanita lain yang menggoda abang kami. Wanita yang membuat abang kami habis-habisan. Bahkan setiap kali bisnis goal atau ada pembayaran kambing. Abang kami selalu menghilang. Usut punya usut, abang kami kecantol wanita lain.

Ada yang aneh dari perilaku Abang kami, sehingga kami berprasangka bahwa abang kami kena guna-guna.

Waktu berlalu, istri abang kami hamil. Dimasa kehamilan istri abang kami, kelakuan abang kami semakin menjadi. Bahkan, berminggu minggu tidak pulang rumah. Hingga akhirnya, lahirlah anak abang kami.

Ada sedikit perubahan setelah anak abang kami lahir. Abang kami mulai berangsur angsur sadar akan kelakuannya selama ini. Tapi, nasi telah menjadi bubur, istri abang kami menggugat cerai dan akhirnya mereka berpisah.

Setelah berpisah, abang kami tinggal bersama orangtua kami lagi. Abang kami mulai rajin mencari uang lagi, bahkan anaknya dibuatkan asuransi pendidikan. Bahkan ada niatan untuk rujuk kembali dengan istrinya.

Tapi usia abang kami sangat pendek. Menjelang ajalnya, abang kami mulai rajin sholat kembali, bahkan sudah rajin ikut pengajian lagi. Semua ini, berkat kegigihan Umi (sebutan untuk ibu) kami, yang selalu mengingatkan dan mendoakan.

Di usia 35tahun, abang kami meninggal, meninggal karena sakit. InsyaAllah Khusnul Khaatimah


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>