Jumat, Desember 23, 2011

Jawa Barat Juara Pra-Pon Babak Kualifikasi Tarung Derajat 2012

Balikpapan (ANTARA News) - Jawa Barat menjadi juara umum Babak Kualifikasi Tarung Derajat untuk PON XVIII Riau 2012.

Jawa Barat meraih 4 emas dan 1 perunggu dalam babak kualifikasi Tarung Derajat yang digelar di Gelanggang Olahraga dan Pertemuan (Dome) Balikpapan, di hari penutupan, Minggu (18/12).

Emas Jawa Barat berasal dari 3 nomor tarung bebas pria dan seni gerak. Petarung Jabar di kelas 49,1-52 kg Heru Mulyana mengandaskan petarung tuan rumah Kalimantan Timur Gabriel Manek.

Anton Sunandar yang bertarung di kelas 52,1- 55 kg mengalahkan Angga Purnadita dari Sulawesi Selatan. Di kelas 58,1-61 kg, Junianto mendapat perlawan keras dari Lukman (Nusa Tenggara Barat) sebelum memastikan emas menjadi miliknya.

Satu emas Jawa Barat lainnya di kejuaraan yang berlangsung 16-18 desember 2011 itu, didapat dari nomor seni gerak yang diikuti sepuluh regu dari sepuluh daerah.

"Meski sudah mulai merata, kekuatan Jawa Barat sebagai tempat asal tarung derajat masih luar biasa, terutama di kelas-kelas bawah," komentar Muhammad Adam, Ketua Panitia Babak Kualifikasi yang juga disebut Kejurnas Pra PON itu.

Medali emas terbanyak kedua disikat Jawa Tengah dengan 2 emas, 2 perak, dan 2 perunggu. Dua emas tersebut atas nama Tarjuman yang juara di kelas 55,1-58 kg dan Subagja, kampiun kelas 61,1-64 kg.

Sebagai tuan rumah, Kalimantan Timur harus puas dengan satu emas dari Nur Fajeriah yang menguasai kelas 52 kg di bagian wanita.

Para petarung Kaltim lainnya di bagian pria, gagal menyumbangkan emas. Selain Gabriel satu perak juga disumbangkan Bernardus Nico di kelas 55,1-58, dan M Saleh (61,1-64 kg) yang mendapatkan perunggu.

"Meski target meleset, di mana kami sebelumnya berhitung bisa dapat dua emas, anak-anak tetap dapat bonus. Saya sediakan Rp100 juta buat seluruh Tim Tarung Derajat Kaltim," kata Adam pada acara makan malam perpisahan, Minggu (18/12) malam.

Daerah-daerah lain yang juga meraih 1 emas adalah Sumatera Barat, Jambi, dan Nusa Tenggara Barat. Rambo Sugihanto dari Sumatera Barat mengatasi I Nengah Sudika dari Bali untuk emas kelas 64,1-67 kg.

Petarung Jambi Asep Sudrajat mengalahkan John Peromo dari DKI untuk emas kelas 67,1-70 kg, dan petarung wanita NTB Rissa Septya Rini menang dari petarung Jateng Noer Faijah Achmawati.

Pra PON Tarung Derajat ini meloloskan 90 petarung ke PON XVIII Riau selain dari para petarung tuan rumah nantinya. Mereka yang lolos adalah petarung yang mencapai babak perdelapan final atau telah mencatatkan minimal sekali kemenangan.

Karena itu, Kaltim sukses menempatkan 5 petarung ke PON nanti. Selain dari mereka yang meraih medali, ada juga Ronald Rori (58-61 kg) dan Komaruddin yang bahkan tak mengelurkan keringat sama sekali.

Komar menang mutlak atas petarung Papua Arensdolvinus di kelas 52-58 kg.
(ANT-188/A041)

Editor: Ruslan Burhani

Rabu, November 16, 2011

hasil sea-games ke-26 cabor tarung derajat 2011 jakarta

Indonesia rengkuh satu emas di eksebisi tarung derajat
Oleh Stefanus Arief Setiaji
Senin, 14 November 2011 | 17:52 WIB
JAKARTA: Tuan rumah Indonesia hanya menggondol satu medali emas di cabang olah raga tarung derajat yang dipertandingkan sebagai partai eksebisi Sea Games ke-26 Jakarta-Palembang melalui atlet putra, Maki Mubarok.

Maki Mubarok mengandaskan petarung asal Thailand Anuchit Sathit dengan skor 12-11, 11-7, dan 17-18 di final yang berlangsung di hal basket Senayan Jakarta.

Sementara itu, dari enam nomor eksebisi yang dipertandingkan, Thailand berhasil merebut dua medali emas melalui nomor 54 kg putri atas nama Bunyaoon Phenwuek dan petarung putra Sakdhitat Sakdarat di nomor 65,1 kg—65 kg. 

Selain Thailand dan Indonesia, emas lainnya merata direbut Filipina, Vietnam, dan Myanmar.

Pendiri dan Guru Utama Tarung Derajat Achmat Drajat menyatakan meratanya perolehan medali tersebut menunjukkan kemampuan atlet setiap negara relatif seimbang, meski olah raga tarung derajat termasuk cabang baru di Asia Tenggara.

Dia optimistis kemampuan yang merata tersebut akan memperketat pertandingan tarung derajat yang akan resmi dipertandingkan di Sea Games Myanmar dua tahun mendatang. "Terlihat di eksebisi kekuatan setiap negara yang turut bertanding sangat merata," ujarnya melalui keterangan resmi, sore ini.

Secara keseluruhan, dia mengaku gembira eksebisi tarung derajat di SEA Games tahun ini berlangsung sukses.

Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB Kodrat) Zulkifli Hasan menegaskan dukungan sebagian besar negara Asean terhadap olah raga tarung derajat kian memudahkan langkah olahraga ini dipertandingkan resmi di Sea Games.

“Dengan dukungan sebelas negara, terdiri dari delapan negara yang melakukan eksibisi di Sea Games dan tiga negara lainnya, yakni Singapura, Brunei Darussalam, dan Kamboja, olahraga ini layak jadi pertandingan resmi Sea Games,” kata Zulkifli, yang juga Menteri Kehutanan tersebut.

Tarung derajat memiliki 16 nomor kejuaraan yang siap dipertandingkan di event olahraga Asia Tenggara mendatang. (ln)

Senin, November 14, 2011

Eksebisi tarung derajat di sea games jakarta

Eksebisi tarung derajat tanding 6 kelas
Oleh Rahmayulis Saleh, Stefanus Arief Setiaji
JAKARTA: Partai eksebisi tarung derajat Sea Games ke-26 yang mulai digelar hari ini hingga besok  mempertandingan enam nomor kejuaraan, terbagi dalam empat kelas putera dan dua kelas puteri dengan memperebutkan enam medali emas.

Pendiri tarung derajat Achmad 'AA Boxer' Drajat mengatakan sebagian besar negara Asean seperti Indonesia, Timor Leste, Myanmar, Filipina, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Brunei Darussalam mengirim atletnya untuk bertanding dalam eksebisi ini.

"Pada eksebisi ini kami hanya pertandingkan enam kelas. Secara keseluruhan, total nomor kejuaraan tarung derajat ada 16 kelas," ujarnya kepada wartawan di sela-sela konferensi pers hari ini.

Dia berharap 16 nomor tarung derajat ini dapat dipertandingkan seluruhnya di Sea Games ke-27 Myanmar dua tahun mendatang.

Hari ini, partai eksebisi tarung derajat memasuki babak kualifikasi yang diikuti 148 atlet. Adapun partai semifinal dan final akan berlangsung besok.

Pembina tarung derajat Zulkifli Hasan menilai cabang olahraga ini telah memenuhi syarat untuk dipertandingkan dalam Sea Games, karena telah didukung kepesertaan lebih dari separuh negara Asia Tenggara.

Selain itu, sejumlah negara telah memiliki organisasi induk tarung derajat, sehingga memudahkan tukar menukar informasi mengenai cabang olahraga asli Indonesia tersebut.

Presiden Tarung Derajat Myanmar Khin Muang Tun menyatakan pihaknya mengirim enam atlet terbaiknya dalam eksebisi Sea Games 2011.

"Ini juga bagian dari persiapan kami selaku tuan rumah Sea Games mendatang. Cabang olahraga ini akan resmi dipertandingkan di Myanmar," tambahnya.

Sebelumnya, Pengurus Besar Tarung Derajat Indonesia optimistis dukungan dari negara Asean akan memudahkan cabang olahraga ini dipertandingkan secara resmi dalam Sea Games.

Sejauh ini, minat masyarakat cukup tinggi menyaksikan olahraga tersebut, terbukti dari banyaknya penonton yang memenuhi hall basket Senayan Jakarta yang menyaksikan partai eksebisi ini. (tw)
 

Sabtu, November 12, 2011

animasi tarungderajat


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>








<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>

Jumat, November 11, 2011

Keikutsertaan Tarung Derajat Pada Sea games 2013 di Mynmar

2013 Tarung Derajat Olahraga Resmi SEA Games Myanmar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Andrian Salam Wiyono
TRIBUNNEWS.COM - Usaha panjang memasukkan seni bela diri Tarung Derajat sebagai cabang olahraga (Cabor) resmi di ajang SEA Games, akhirnya berbuah hasil.  Sejak 1972 diperkenalkan oleh oleh Guru Haji Achmat Drajat -akrab disapaa AA Boxer- akhirnya seni bela diri masuk diekdibisikan pada SEA Games XXVI 2011 dan resmi menjadi cabang olah raga bela diri yang akan di pertandingkan di SEA Games XXVII 2013 di Myanmar.
Sebanyak 48 Atlet Tarung Derajat, dari delapan negara ASEAN akan bertarung dalam satu-satunya ajang eksibisi yang dipertontonkan dalam SEA Games XXVI 2011, pada Minggu, (13/11/2011) hingga Senin (14/11/2011) di Lapangan, Basket, Senayan, Jakarta.
Pertandingan Eksibisi ini akan memperebutkan enam medali emas dengan mempertandingkan empat kelas putra dan dua kelas putri.
"Saya sangat senang akhirnya setelah melalui perjalanan panjang seni beladiri tersebut dapat resmi menjadi cabang olah raga pada SEA Games di Myanmar dua tahun mendatang," kata AA Boxer, di Mal FX SEnayan, Jakarta, Kamis (10/11/2011) siang
Ia menambahkan, "Saya merasa dapat kehormatan karena Tarung derajat menjadi cabang olahraga (cabor) terpilih."
Ia menyatakan ada delapan negara yang ASEAN yang akan mengikuti Eksibisi nanti yakni indonesia, Myanmar, Thailand, Timor Leste, Thailand, Filipina, Laos dan Malaysia,
"Delapan negera tersebut semua menyatakan dukungannya untuk cabor Tarung Derajat di Myanmar," jawabnya

Kamis, November 10, 2011

5 unsur daya gerak

Yang dimaksud dengan 5 unsur daya gerak pada Seni Gerak adalah :

Kekuatan, artinya setiap gerakan dilakukan dengan bertenaga dan tidak kaku (keras dan lentur), penuh semangat dan kesiapan fisik dan mental.

Kecepatan, artinya setiap gerakan adalah merupakan gerak refleks yang terlatih, sesuai dengan irama gerakan secara berpasangan.

Ketepatan, artinya gerakan yang dilakukan jelas sasaran (target) yang dituju dan maksudnya serta peruntukannya.

Keberanian, artinya gerakan dilakukan secara tidak ragu-ragu penuh kesungguhan, dilakukan dengan realistis dan rasional.

Keuletan, Artinya gerakan-gerakan memiliki/mengandung nilai-nilai seni yang tinggi, berangkai seperti air yang mengalir dengan memerhatikan 4 unsur diatas tadi, yaitu kekuatan-kecepatan-ketepatan-keberanian.

Kamis, Oktober 20, 2011

Pertarungan dalam tarung derajat

Pada masa awal berdirinya tarung derajat, pertarungan antara seorang anggota dengan anggota lainnya dilakukan dengan cara melakukan pukulan bergantian dengan porsi tertentu. Setelah dilaksanakan pukulan dan anggota masih sanggup berdiri dan dapat melanjutkan pertarungan barulah kedua anggota di pertarungkan. Segala pukulan, tendangan dan bantingan dilakukan tentunya peranan wasit tetap ada untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Barulah setelah tarung derajat masuk koni semua cara diperhalus. Seorang anggota dapat dipertarungkan setelah menempuh tahap kurata III. Itupun baru diperkenalkan. Setelah Kurata IV barulah ritme pertarungan semakin banyak untuk pembinaan mental anggota.Pertarungan dilakukan dengan bimbingan seorang wasit. Anggota yang dipertarungkan juga dilengkapi dengan Hands-Box serta gamsil untuk perlindungan bagi laki-laki. untuk perempuan ditambahkan dengan body-protektor dan head-protector.
Kira-kira begitulah pertarungan dalam tarung drajat
Mohon kritik dan sarannya
Makasih Box....!!

Senin, September 19, 2011

Pemusatan latihan ATLIT SEAGAMES 2011

Sekjen Pengurus Tarung Derajat Boyke Permadi menyatakan  dalam pembinaan atlit Tarung Derajat untuk menghadapi Sea Game, pada awal 2011 para atlit dari masing-masing negara telah menjalani pemusatan latihan di Perguruan Pusat Beladiri Tarung Derajat di Bandung selama 2 minggu.

Disusul kemudian, Perguruan Pusat akan mengirimkan tiga pelatih dari Indonesia untuk masing-masing negara dalam rangka melanjutkan program pemusatan pelatihan di masing-masing negara.

Menurut Boyke, sudah saatnya Tarung Derajat dipertandingkan pada even internasional mengingat perkembangannya yang sangat pesat. Di Indonesia saat ini sudah diikuti oleh atlit dari 24 provinsi dan telah 4 kali mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) serta berbagai kejuaran nasional lainnya.

Diberitakan sebelumnya, Tarung Derajat, olahraga beladiri asli Indonesia dan lahir di Bandung 1972 telah mempersiapkan go internasional setelah mendapat dukungan KONI Pusat untuk dapat mengikuti pertandingan ekshibisi pada Sea Games XXVI November 2011.

Sebanyak 8 negara Asean mendeklarasikan pembentukan Federasi Internasional Tarung Derajat (IFTD), Sabtu (7/5/2011) malam di Hotel Hyaat Bandung. (*)

Jumat, September 09, 2011

tarung derajat

Sebelum melangkah dalam materi gerakan-gerakan tarung derajat, seorang anggota terlebih dahulu diberikan arahan mengenai beberapa hal yang merupakan dasar dari semua gerakan. Mulai dari cara penghormatan, cara memanggil, posisi duduk dan cara diri, cara duduk dan cara hadap.
1. Cara pengormatan
Penghormatan dalam tarung derajat dilakukan dengan cara mengangkat kedua belah kepalan tangan didepan dada dengan posisi kemiringan 45 derajat dan dilanjutkan dengan ucapan "Box".
2. Cara memanggil
Pemanggilan dalam tarung derajat ada beberapa macam: Untuk pelatih laki-laki dan anggota laki-laki lainnya kita menggunakan panggilan Akang / Kang. Dengan pelatih perempuan dan anggota perempuan lainnya kita menggunakan panggilan Teteh / Teh. Untuk sang Guru panggilan digunakan Bapak / Sang Guru. Untuk anak perempuan bapak / Sang guru digunakan panggilan Teh Non.... dan untuk istri sang guru digunakan panggilan Indung.
3. Cara diri, posisi duduk dan cara duduk
Posisi duduk dilakukan dengan cara seperti posisi bersila, dengan posisi telapak kaki kiri diantara selangkangan dan telapak kaki kanan berada didepan posisi telapak kaki kiri dengan sikap busung dada dan penempatan dua kepalan tangan diatas lutut. Saat masih diposisi siaga dasar (Posisi kaki sejajar dengan lebar sebahu dengan kepalan tangan kebawah dengan kemiringan sekitar 45 derajat didepan pinggang) duduk dilakukan dengan melompatkan kedua kaki dengan serta merta mengambil posisi sila dengan pendaratan pisau kaki.
Ada dua cara diri yang diperkenalkan dalam tarung derajat yaitu cara diri dengan loncatan dan tanpa loncatan.
Dengan loncatan dilakukan dengan cara menghentakan tapak kaki kanan ketanah dengan posisi sila dilanjutkan dengan melompatkan diri dengan posisi melipat kedua kaki kebelakang dengan tapak kaki lurus/horizonta dengan posisi mendarat tulang kering kedua kaki.
Tanpa loncatan dilakukan dengan menepakkan kaki kanan dengan posisi masih sila, dilanjutkan dengan mengangkat tubuh yang dibarengi dengan menempatkan posisi kaki kiri kebelakang dengan kesejajaran posisi siaga dasar diikuti dengan menarik kaki kanan merapat kekiri dan kemudian dibuka kembali posisi siaga dasar.

(bersambung.....)

Kamis, September 08, 2011

Materi kurata III



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

</script>






MATERI KURATA III

  1. Jurus “GERAK LANGKAH DASAR”
  2. Gerakan Tingkat Kurata II

Jurus “DRADJAT SATU”

A. Pukulan

1. Pukulan Lingkar Dalam
2. Pukulan Lingkar Luar
3. Pukulan Lingkar Atas
4. Pukulan Lingkar Bawah

B. Tendangan

1. Tendangan Melingkar Belakang
2. Tendangan Kait Depan
3. Tendangan Kait Belakang

III. JUDAS
 
Aba-aba : Siaga Judas
Posisi : Siaga ditempat posisi serangan/tendangan (serong kanan)
No.1. Drop tangan depan muka tangan kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.2. Drop tangan depan muka tangan kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.3. Drop kaki kiri, maju tendangan lurus kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.4. Drop kaki kanan, maju tendangan lurus kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.5. Hadap kiri sambil Drop kaki kiri, tendangan menyamping kaki kanan, pukulan lingkar luar tangan kanan, pukulan cepat kiri.
No.6. Drop kaki kanan sambil putar, tendangan menyamping kaki kiri, pukulan lingkar luar tangan kiri, pukulan cepat kanan.
No.7. Hadap kanan Drop kaki kanan, tendangan lingkar dalam kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.8. Drop kaki kiri sambil putar, tendangan lingkar dalam kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.9. Hadap kiri Drop kaki kiri, tendangan kait depan kaki kanan, pukulan cepat lingkar luar tangan kanan, pukulan cepat tangan kiri.
No.10. Drop kaki kanan sambil putar, tendangan kait depan kaki kiri, pukulan lingkar luar tangan kiri, pukulan cepat tangan kanan.
No.11. Drop kaki kanan ¾ putaran, tendangan belakang kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.12. Drop kaki kiri ½ putaran, tendangan belakang kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.13. Drop kaki kanan, tendangan lingkar dalam kearah kanan dan tendangan menyamping kearah kiri oleh kaki kiri, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.14. Drop kaki kiri, tendangan lingkar dalam kearah kiri dan tendangan menyamping kearah kanan oleh kaki kanan, pukulan cepat beruntun dua kali.
No.15. Putar, tarik kaki kiri, buka kaki kanan, kembali kesiaga dasar.

IV. BERTAHAN MENYERANG
 
Dari serangan kaki :
No.1. Kibasan tangan kanan (teknik dua gerak), pukulan cepat beruntun dua kali.
No.2. Kibasan tangan kiri (teknik dua gerak), pukulan cepat beruntun dua kali.
No.3. Drop kaki kiri, tendangan lingkar dalam kaki kanan.
No.4. Drop kaki kanan, tendangan menyamping kaki kiri.
No.5. Drop tangan silang (tangkapan kaki) sambil melangkahkan kaki kanan, putarkan dan dorong (jatuhkan dada), tendangan menyamping kaki kanan.
No.6. Langkahkan kaki kanan (teknik dua gerak), jepit kaki lawan dengan tangan kiri, tangan kanan memegang tengkuk, sapokan dengan kaki kanan.
No.7. Langkahkan kaki kiri (teknik dua gerak), jepit kaki lawan dengan tangan kanan, tangan kiri memotong punggung lawan, sapokan dengan kaki kiri, tendangan menyamping dengan kaki kiri.
No.8. Drop kaki kanan (tulang kering), tendangan belakang dengan kaki kiri.

Teknik Jatuhan Bantingan
 
No.1. Jatuhan Samping.
No.2. Jatuhan Pinggul.
No.3. Jatuhan Punggung.
No.4. Jatuhan Tengkuk.

V. TEKNIK TARUNG

VI. KETERAMPILAN/KETAHANAN FISIK

Minggu, September 04, 2011

Materi kurata II

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

</script>








MATERI KURATA II

A. SIKAP DASAR
1. Pukulan cepat beruntun
2. Pukulan sikut depan
3. Pukulan sikut samping
4. Teknik dua gerak
            - Kibas atas pukulan cepat
            - Kibas luar pukulan cepat
            - Kibas dalam pukulan cepat
            - Kibas bawah pukulan cepat
            - Sentak bawah pukulan cepat

B. GERAKAN KAKI
1. Tendangan lingkar dalam
2. Tendangan menyamping
3. Tendangan belakang

C. TEKNIK BERTAHAN MENYERANG
1. Tekinik tangan
a. Maju kaki hadap kiri kibas dalam angan kanan, pukulan punggung tangan kanan kearah muka
b. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, pukulan punggung tangan kiri arah muka
c. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, sikutkan kanan kearah muka
d. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, sikutkan kearah muka
e. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, hadap kiri pukulan cepat beruntun (tangan kanan lalu kiri) arah ulu hati
f. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, hadap kanan pukulan cepat beruntun (tangan kiri lalu kanan) arah ulu hati
g. Maju kaki hadap kiri kibas dalam tangan kanan, kaki kiri geser (badan memutar kearah kiri) sikutkan tangan kiri kearah kepala bagian belakang
h. Maju kaki kiri hadap kanan kibas dalam tangan kiri, kaki kanan geser (badan memutar arah kanan) sikutkan tangan kanan kearah kepala bagian belakang)

D. TEKNIK KAKI
A. Bertahan dengan tendangan lurus
B. Tendangan lingkar dalam
C. Bertahan dengan tendangan menyamping
D. Bertahan dengan tendangan helakang

E. TEKNIK MELEPAS SERGAPAN/PEGANGAN (MATERI BELADIRI PRAKTIS)
A. Pegangan tangan sejajar silang
B. Pegangan kearah bah satu tangan dan dua tangan
C. Pegngan tangan sejajar dan silang
D. Pitingan samping dan belakang
E. Tepukan belakang
F. Bergandengan
G. Bersalaman
I. Sergapan depan dan belakang

E. JURUS WAJIB
A. JURUS “Drajat Satu”
1. Siaga ditempat (kaki kanan)
2. Siaga ditempat (Kaki kiri)
3. Tengok kiri
4. Tarik tangan kanan simpan disamping dada, geser/tarik kaki kanan hingga rapat, arahkan badan kearah kiri, buka/geser kaki kanan hingga keposisi siaga silang dengan kaki kiri kedepan (hadap kiri) kibas luar tangan kanan
5. Maju pukulan lurus satu kali tangan kiri
6. Tarik tangan kiri disamping dada, tarik kaki kanan hingga rapat, balikkan badan kearah belakang, buka kaki kanan hingga keposisi siaga silang (kaki kanan didepan), kibas luar tangan kiri)
7. Maju pukulan lurus satu kali tangan kanan
8. Hadap kiri
9. Tarik tangan kanan simpan disamping dada, tarik kaki kiri hingga rapat, balikkan badan kearah kiri, buka/geser kaki kiri kedepan hingga keposisi siaga silang (kaki kiri didepan), kibas luar tangan kanan
10. Maju pukulan lurus dua kali
11. Silangkan kedua tangan didepan perut (tangan kiri diatas tangan kanan), dorong hingga keposisi didepan muka, kibaskan/kibas bawah (tanagn kiri)
12. Maju pukulan sentak atas tangan kiri
13. Silangkan kedua tangan didepan perut (tangan kanan diatas tangan kiri), doromg hingga keposisi didepan muka, kibaskan/kibas bawah (tangan kanan)
14. Maju pukulan sentak atas tangan kiri
15. Maju kibas atas tangan kanan
16. Maju pukulan cepat beruntun dua kali (tangan kanan lalu kiri)
17. Tarik kaki kiri hingga rapat,balikkan badan kearah belakang (putar) buka kaki kiri kedepan  keposisi siaga silang (kaki kiri didepan), kibas atas tangan kanan
18. Maju pukulan cepat beruntun dua kali (tangan kanan lalu kiri)
19. Taril/geser kaki kanan kearah belakang (270 derajat) hingga posisi hadap kanan (kaki kanan didepan), posisi tangan siaga untuk kibas dalam (tangan kanan disamping telinga dalam posisi pengambilan kibas dalam, tangan kiri didepan dagu membentuk sikut samping)
20. Hadap kiri kibas dalam tangan kanan
21. Mundur, pukulan sentak bawah tangan kiri
22. Mundur, kibas dalam tangan kanan
23. Maju (Hingga posisi kaki kanan sejajar dengan kaki kiri/posisi siaga ditempat) pukulan sentak bawah tangan kiri dan kanan (pada saat memukul kedua kaki tidak digeser/tetap sejajar kedepan)
24. Pernapasan
a. Tarik kedua tangan kesamping dada dengan menyilangkan kedua tangan (tangan dikepal) dada dibusungkan (bersamaan dengan tarik nafas dalam-dalam melalui hidung)
b. Dorong/luruskan kedua tangan kedepan dengan tangan terbuka posisi serong (bersamaan itu buang nafas pelan-pelan melalui mulut)
c. Tarik kembali tangan kesamping dada dengan menyilangkan kedua tangan (tangan dikepal) dan tarik/geser kaki kanan hingga rapat, dada dibusungkan (bersamaan dengan buang nafas dalam-dalam melalui hidung)
d. Dorong/luruskan kedua tangan kearah bawah (samping badan) dengan tangan terbuka posisi (bersamaan itu buang nafas pelan-pelan melalui mulut)
e. Silangkan tangan kedepan dada (kembali kesiaga dasar)

F. KEKUATAN / DAYA TAHAN
Keserasian dan keseimbangan sikap gerakan yang dilihat dari % unsur daya gerak tarung yang khasnya yaitu : kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian dan keuletan.


Peringatan keras!!
Harap materi yang ada hanya dijadikan rujukan untuk pengingat saja. Pelatihan dengan pelatih langsung harus diutamakan.


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>





Sabtu, September 03, 2011

Masa-masa gila sebagai petarung

Foto saat menghadapi pertarungan, dari kiri Kang.Tadong, saya sendiri, Kang.Beni (Terhalang) dan Kang.Ending.


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>

Materi kurata I

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>








MATERI KURATA I

A. SIKAP DASAR
            Kerapian sikap; cara penghormatan ; cara duduk ; cara berdiri ; siaga dasar; siaga ditempat ; cara sikap ; sikap dengan penghormatan ; hadap kiri ; hadap kanan ; geser kiri ; geser kanan ; putar.

B. GERAKAN DASAR TANGAN
  1. Pukulan lurus
  2. Pukulan lurus 2x
  3. Pukulan lurus 3x
  4. sikut samping / atas / bawah
  5. Pukulan sentak atas / bawah
  6. Pukulan cepat
  7. Kibas atas / luar / dalam / bawah

C. GERAKAN DASAR KAKI
  1. Tendangan lurus (siaga ditempat)
  2. Tendangan lurus cepat dalam langkah

D. JURUS WAJIB GERAK LANGKAH DASAR
  1. Maju kaki kanan kibas luar tangan kiri
  2. Maju pukulan cepat tangan kanan
  3. Maju tendangan lurus kaki kann pukulan cepat tangan kiri
  4. Putar dilanjutkan dengan kibas luar tangan kiri
  5. Maju pukulan cepat tangan kanan
  6. Maju tendangan lurus kaki kanan dilanjutkan dengan pukulan cepat tangan kiri
  7. putar kibas luar tangan kiri
  8. Tarik kaki kanan, tangan silangkan didepan dada (gerakan posisi akan melakukan sikap), kembali keposisi siaga dasar
  9. Mundur kaki kanan kibas dalam tangan kanan
  10. mundur pukulan lurus tangan kiri
  11. Mundur pukulan sentak bawah tangan kanan
  12. Mundur kibas dalam tangan kiri
  13. Maju kaki kiri pukulan lurus 3x arah ulu hati
  14. Dari keadaan pukulan lurus tangan kanan langsung melakukan sikut bawah dilanjutkan dengan tendangan lurus kaki kanan dan pukulan sentak tangan kiri
  15. Maju kabas dalam tangan kanan
  16. Rapatkan kaki kanan ke kiri sambil menyilang tangan didepan dada (gerakan posisi akan melakukan sikap) kembali kesiaga dasar)
  17. Tengok kanan
  18. Kaki kiri rapat kekaki kanan, buka kaki kiri kerah depan serong kiri, hadap kanan sambil melakukan kibas bawah tangan kiri
  19. Maju kaki kiri melakukan pukulan sentak atas tangan kanan
  20. Tendangan lurus kaki kanan dilanjutkan pukulan sentak atas tangan kiri
  21. Putar kibas bawah tangan kiri
  22. Maju pukulan sentak atas tangan kanan
  23. Maju tendangan lurus kaki kanan dilanjutkan dengan pukulan sentak atas tangan kiri
  24. Putar kibas bawah tangan kiri
  25. Tengok kiri
  26. Rapat kaki kiri kekaki kanan tangan disilangkan depan dada, hadap kiri buka kembali kaki kiri, kembali keposisi siaga dasar.
  27. Tengok kiri
  28. Rapat kaki kanan kekaki kiri, buka kaki kanan kearah serong kanan, melakukan kibas atas tangan kanan
  29. Maju sikut atas tangan kiri
  30. Maju tendangan lurus kaki kiri dilanjutkan dengan sikut samping tangan kanan
  31. Putar melakukan kibas atas tangan kanan
  32. Maju sikut atas tangan kiri
  33. Maju tendangan lurus kaki kiri dilanjutkan dengan sikut samping tangan kanan
  34. Putar kibas atas tanagn kanan
  35. Tengok kanan
  36. Rapat kaki kanan kekaki kiri hadap kanan tangan menyilang didepan dada (posisi akan melakukan sikap) buka kaki kanan kembali siaga dasar.
Ingat!!!
Harap semua materi diatas dikonsultasikan dengan pelatih yang terkait. Apa yang tertulis bisa saja dalam aplikasinya agak sedikit rumit dan memerlukan bimbingan.Box!



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>



Sabtu, Agustus 27, 2011

Kenangan saat masih Aktif

Foto kenangan saat porprof Karawang 2006. Dari Kiri Kang.Safari , Kang Gustamin, Kang.Arif, Kang Ryan(Kepala saja), Saya (Fahrurozi) dan Kang.Supriyanto


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>

Sejarah tarung derajat


SEJARAH
Tarung Derajat
Drs. H. Achmad Dradjat


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>


Menciptakan Beladiri Praktis dan Efektif

Badan tegap, padat, berotot kekar ternyata tidak hanya dimiliki oleh atlet olahraga binaraga atau body building, ini juga hampir terlihat pada semua penekun olahraga beladiri Tarung Derajat. Bentuk latihan beladiri yang telah berhasil diciptakannya mampu membentuk fisik secara prima, badan kekar dan kuat untuk dididik menjadi insan beladiri yang berhati nurani lembut.
Berawal dari pengalaman yang tidak menyenangkan dan perjuangan hidup yang keras, AA Boxer panggilan akrab dari Drs. Achmad Drajat selalu mencoba untuk mempertahankan diri dari segala bentuk perkelahian yang kerap dialaminya pada masa muda dahulu. Memang menurutnya pada tahun 1960 an, di lingkungan tempat tinggalnya, AA Boxer sering mendapat tekanan-tekanan yang pada akhirnya terjadi bentrokan secara fisik. Tempat tinggalnya yang terbilang rawan pada masa itu, selalu menjadi tempat perkelahian antar kelompok, bahkan dirinya menjadi ikut terlibat, bukan AA Boxer yang memulai, tetapi timbul dari keadaan yang terpaksa.
Begitu pula ketika bermain bola, kepiawaainnya memainkan kulit bundar di lapangan hijau acapkali membawa kesebelasannya keluar sebagai juara. Rupanya, ada beberapa orang yang tidak suka dengan kemahirannya, sehingga dirinya sering mendapat tekanan dan permainan kasar dari lawan dan akhirnya berbuntut pada perkelahian. Memang diakui tubuh fisiknya yang kecil selalu mendapat perlakuan tidak wajar dari lawannya yang bertubuh besar dan selalu berakhir dengan kekalahan.
Pengalaman hidup yang selalu tidak menyenangkan ini telah membekas pada dirinya. "Dari bosan kalah itulah timbul niat untuk menciptakan beladiri", kata ayah dari dua anak ini. Akhirnya ia mencoba menciptakan teknik-teknik beladiri yang praktis untuk dapat mengangkat kembali kehormatan dirinya agar tidak selalu menjadi bulan-bulanan lawannya yang bertubuh besar. Setelah ditelaah ternyata dalam perkelahian yang selalu dialaminya, ia menemukan 4 unsur gerakan, yaitu memukul, menendang, menangkis/mengelak dan membanting. Dalam benaknya timbul, "Kalau ingin menang dalam berkelahi harus mempunyai cara untuk memukul, menendang, menangkis/mengelak, dan membanting sendiri yang tidak dimiliki oleh orang lain". Dari sini diproses, karena pada dasarnya tangan dapat digerakkan secara alamiah sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Semangat dan ketekunan telah membentuk dirinya menjadi mahir untuk membela diri. Kematangan dalam beladiri semakin bertambah tatkala ada orang yang dengan sengaja ingin mencoba dan mengajak beradu fisik. Bahkan memberanikan diri untuk melindungi orang yang merasa tertindas atau disakiti oleh orang yang tidak bertanggung jawab.
Namanya mulai dikenal sebagai sosok pembela orang yang lemah. Sejak itu, beberapa pemuda berdatangan ingin mempelajari ilmu beladiri yang dimilikinya. Pada saat inilah panggilan dan julukan AA BOXER mulai melekat pada dirinya. Awalnya, AA Boxer tidak berkeinginan untuk mengajari orang untuk beladiri. Ia menciptakan beladiri hanya untuk dirinya sendiri dan tidak mempunyai jurus/gerakan yang baku, tetapi karena beberapa orang tetap memaksa untuk diajarkan beladiri, mulailah mereka diberikan pelajaran ilmu beladiri hasil jerih payahnya. Ini terjadi pada tahun 1968 yang pada saat itu, AA Boxer baru berusia 18 tahun.
Dari beberapa orang, kemudian menyebar dan tumbuh cukup pesat, seperti bola es yang menggelinding makin lama makin besar. Timbul pemikiran untuk membentuk suatu wadah perkumpulan yang mempunyai nama, lahirlah beladiri itu secara ilmiah dari nama panggilan sehari-hari, AA BOXER.  Tepatnya tahun 1972, beladiri yang diciptakannya kini sudah memiliki nama. Perjalanan mengajar dan melatih, tumbuh berkembang sampai timbul permintaan untuk mengajar di daerah lain.
Renungan dari pengalaman hidup yang diderita dan dijalaninya dengan penuh kesabaran dan tawakal telah menjadikan dirinya tegar dan menumbuhkan rasa percaya diri serta menanamkan keyakinan yang semakin mantap. Perlahan-lahan ditata dan ditinjau kembali teknik dan gerakan yang sudah diciptakan, sehingga kian hari beladiri yang lahir secara alamiah ini mulai menemukan bentuknya.
Teknik-teknik yang diyakininya sudah baik mulai dibakukan. Konsepnya untuk menciptakan beladiri yang praktis dan efektif sudah semakin nampak jelas. Semuanya diilhami dari 4 unsur gerakan perkelahian, yaitu memukul, menendang, menangkis/mengelak, dan membanting. Menurutnya, sudah kodrat-Nya gerakan-gerakan fisik tersebut ada pada setiap insan manusia yang mutlak bukan milik dari suatu aliran ilmu beladiri lain.
Kedewasaannya yang ikut terbina dengan baik telah menbentuk dirinya untuk selalu berfikir positif, nama perkumpulan beladiri AA Boxer terkesan berbau asing  dan juga seakan bertentangan dengan idealisme bangsa Indonesia. Menurutnya, beladiri yang telah diciptakan lahir di bumi Indonesia, karena itu nama perkumpulan beladirinyapun harus berasal dari bahasa Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan keinginannya untuk mendaftarkan olahraga beladiri ini masuk menjadi anggota KONI. Akhirnya berubahlah nama perkumpulan beladirinya menjadi TARUNG DRAJAT. Ini diambil dari  kata TARUNG yang artinya perkelahian, perjuangan untuk membela diri, sedangkan kata DRAJAT diambil dari namanya Achmad Drajat. Jadi, arti TARUNG DRAJAT adalah cara berjuang mempertahankan diri ala Achmad Drajat.
Pengetahuan fisik dan batin yang juga ikut dipupuk merasa dirinya seolah berkesan dikultus dari namanya. "Kalau kita memakai nama langsung, kita seolah-olah memiliki suatu hal yang sombong atau takabur, jadi nanti akan ada suatu pengkultusan, kita tidak mau dikultuskan oleh anggota", demikian ujarnya ketika  menceritakan perubahan TARUNG DRAJAT menjadi TARUNG DERAJAT.  Artinya pun berubah menjadi Berjuang mempertahankan diri untuk mencapai suatu tingkat atau kehormatan, karena DERAJAT itu sendiri mempunyai arti tingkat atau kehormatan.
Hasil usaha dan perjuangan yang sebelumnya tidak pernah disangka akan menjadi seperti ini akhirnya tumbuh dan berkembang. Apalagi setelah masuk menjadi anggota KONI pada tahun 1998. Ditunjang oleh semangat dari murid-muridnya, Keluarga Olahraga Tarung Derajat atau yang lebih dikenal dengan KODRAT telah menyebar di 20 propinsi di Indonesia, dan juga sampai ke negara-negara lain khususnya Asia Tenggara.
Beladiri yang diciptakan ini memang murni hanya melatih beladiri secara fisik saja, tidak ada unsur lain. Gerakan teknik beladiri yang praktis dan efektif yang dikembangkan ini tidak pernah secara khusus untuk bisa beladiri dengan senjata. Walaupun demikian diajarkan juga cara untuk menghadapi lawan yang menggunakan senjata. "Apakah dapat dikatakan insan beladiri, jika ada orang yang membawa senjata yang bukan bagian dari tugasnya ?", begitulah prinsipnya, "Sebab insan beladiri adalah orang yang ingin menciptakan hidup tenang dan selamat" , tambahnya lagi. 

Beladiri Alamiah
"Tarung Derajat murni hanya mengolah fisik saja !", tegasnya. Diakuinya, memang tidak ada unsur mistik yang digunakan untuk menambah kekuatan. Berlatih fisik secara rutin dengan suatu teknik yang sudah diramu dan disesuaikan dengan teknik beladiri ciptaannya, namun tidak bertujuan untuk membentuk badan seperti atlet binaraga. Berlatih fisik untuk beladiri berarti juga berlatih napas, dan ini terjadi secara alamiah, tidak ada latihan pernapasan secara khusus. Memang dianjurkan kepada para anggotanya untuk selalu menyempatkan diri berlatih fisik dan teknik setiap hari selama 1 sampai  2 jam. Karena menurutnya untuk membentuk fisik menjadi kuat, otot dan daging menjadi pejal memerlukan latihan yang keras, disiplin yang tinggi dan dilakukan terus-menerus, sehingga diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, kekuatan dan percaya diri menjadi meningkat.
Kejadian pada masa perkelahian dahulu telah melahirkan teknik beladiri yang terbentuk secara alamiah. Gerakan tangan, kaki, dan juga anggota tubuh lainnya bersumber dari gerakan-gerakan yang biasa dan alamiah dilakukan oleh setiap orang, namun diasah lagi dengan kemasan teknik beladiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dialaminya. Hingga terbentuklah beladiri Tarung Derajat dengan teknik beladiri yang praktis dan efektif. "Yang namanya praktis adalah tidak neko-neko", tuturnya. Menurutnya lagi, tidak ada latihan untuk menahan napas, atau belajar agar menjadi kuat terhadap air raksa atau juga harus kuat terhadap pukulan besi, "Kalau orang lain bisa, harus kita akui", begitu komentarnya dengan tetap menghargai yang lain.
 Setiap anggota Tarung Derajat sudah biasa terdidik secara keras, dengan porsi latihan yang keras, targetnya adalah untuk mencapai dan membentuk anggotanya mempunyai kelembutan hati nurani. Dengan menjadi petarung, perilaku hidup akan menjadi terkendali. "Tidak boleh anggota Tarung Derajat melakukan tindakan yang berlebihan, karena akan mendapat hukuman yang berat", tegasnya ketika mengakhiri pembicaraan. (PS & AIS)

A. Latar Belakang Tarung Derajat

Olahraga Tarung Derajat diciptakan oleh seorang putra bangsa Indonesia yaitu Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.), yang akrab disapa dengan nama populernya “AA-BOXER”. Olahraga ini dilahirkannya sebagai suatu seni ilmu beladiri dengan memiliki aliran dan wadah tersendiri tanpa berapliasi dengan aliran lain dan organisasi beladiri lainnya yang ada di bumi Indonesia, serta tidak mengadopsi dan bukan gabungan dari beladiri lain seperti pencak silat, karate, taekwondo, kempo, judo, gulat dan tinju. Namun, keberadaan Tarung Derajat tidak juga muncul dengan sendirinya, akan tetapi memiliki latar belakang suatu riwayat perjalanan hidup Sang Guru dan diridhoi oleh keagungan Tuhan Yang Maha Esa.
Beladiri ini, lahir atau muncul dari pengalaman hidup yang pernah dilakoni oleh Sang Guru dimana sekitar tahun 1968 hingga tahun 1970-an, anak muda ini waktu itu sering terlibat aksi kekerasan pisik, penganiayaan, perkelahian, pemerasan, dan penghinaan (AD/ART Kodrat: 1994). Keadaan itu, tentu bukan dia yang memulainya, tapi timbul dalam keterpaksaan “kalau ada orang yang menjahati saya, masak saya diam saja? katanya dalam (Matra, Mai: 1997). Dari berbagai perkelahian dengan pereman di pusat kota Bandung-Jawa Barat, Sang Guru selalu menang, pada hal dilihat dari postur tubuhnya yang berbobot sedang tidak meyakinkan untuk mengatasi lawan. Melihat kehebatan Sang Guru waktu itu, rupanya banyak dari gorombolan pereman yang tidak suka dengannya, maka kelompok peremanisme membuat suatu siasat untuk menghabisi Sang Guru. Mengingat jumlah preman cukup banyak, maka dia segera menghindar dari gorombolan itu. Tapi mereka terlanjur dikuasai emosi segera mengejar Sang Guru seraya meneriakkan maling. Mendengar teriakan itu, orang-orang yang tengah berada di pasar malam ketika itu, ikut memburunya sampai ia terkepung dan ramai-ramai memukulinya sampai ia terkulai lemas dan kondisi tubuhnya sangat menyedihkan.

Semenjak peristiwa pahit itu, Sang Guru mulai merenung untuk menyisiasati diri, mengasah kemampuan mempelajari berbagai jenis beladiri antara lain pencak silat dan karate. Tapi ia tetap tidak puas, alasannya semua itu belum bisa membalas sakit hatinya. Pertanyaan selalu muncul dalam benaknya “Jenis beladiri apakah yang bisa mengangkat kehormatan saya supaya tidak dihina dan disakiti orang?” Kemudian timbul pikiran dalam dirinya untuk menciptakan teknik beladiri dari berbagai beladiri yang pernah dipelajarinya yaitu memadukan lima unsur fungsi gerakan beladiri, seperti: memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Setiap hari kelima fungsi ini diputuskannya dipelajari, diasosiasi dan dipraktekkan sendiri dalam kehidupannya, minimal empat jam sehari dia berlatih dan menemukan teknik-teknik praktis dan efektif, serta merangkai gerakan seni beladiri yang akrobatis dan indah ditonton oleh masyarakat.

Setelah merasa matang dengan ilmu baru yang dia kemas (konsep) sendiri dan dipraktekkannya kepada orang-orang yang mencoba memeras atau membuat masalah selalu dilayaninya. Para berandal dianggap Sang Guru paling tepat untuk menguji teknik beladirinya itu. Ketika itu “terpukul oleh lawan, kok tidak terasa sakit?” tanyanya kepada diri sendiri. “Kesaktian” itu rupanya cukup membawa manfaat. Setiap kali ada orang yang dianiaya atau disakiti oleh berandalan (preman), maka Sang Guru bisa berbuat sesuatu menegakkan kebenaran. Dari sinilah namanya mulai dikenal sebagai pembela orang-orang yang disakiti secara pisik dengan sebutan AA-BOXER yang memiliki kemampuan beladiri yang luar biasa, yakni bertenaga: kuat, cepat, tepat, berani dan ulet, sehingga dia sering menyebutnya keberhasilan pergerakanTarung Derajat sebagai dasar filosofis gerak tubuh ditentukan oleh lima khas kunci kemampuan.
Tak heran lagi, nama Sang Guru yang mendapat julukan AA-BOXER semakin populer dan menjadi jagoan bertarung tersiar kemana-mana di tanah air. Sehingga banyak orang-orang berdatangan minta diajari beladiri ciptaannya, mulai dari anak muda sampai orang tua. Waktu itu Sang Guru malah kebingungan. “Apa yang harus saya ajarkan katanya?”. Sebab ia sendiri mengaku tidak memiliki teknik atau jurus yang baku (Matra, 1997). Karena masih merasa bingung menghadapi anak yang belajar yang cukup banyak, malah metode yang diterapkan Sang Guru menyuruh teman-temannya (anak yang belajar) menyerang ramai-ramai dan merelakan tubuhnya dipukuli, walau kadang-kadang membalas juga. Begitulah perjalan praktek cara mengajarkan kepada orang lain dan disamping menerapkan apa yang berkembang pada saat itu.
Dari pengalaman praktek mengajarkan ilmu beladiri ini, Sang Guru menerima berbagai masukan dari teman-teman agar menata dan mensistematiskan jurus-jurus yang telah diciptakannya yang berkembang secara alamiah agar menemukan bentuk-bentuk gerakan baku untuk dijadikan fungsi beladiri yang dinamis, praktis dan efektif untuk diajarkan. Disamping itu juga mensinergiskan unsur filosofis, pedagogis, kultural, kesehatan olahraga, sosialogis, dan menerapkan ilmiah olahraga.

B. Perguruan Pusat Beladiri Tarung Derajat

Perkembangan setelah empat tahun kemudian, tepatnya 18 Juli 1972. Masyarakat semakin banyak ingin belajar beladiri Tarung Derajat, maka waktu inilah Sang Guru memproklamasikan berdirinya aliran beladiri AA-BOXER atau “metode beladiri Drajat” yang sekarang disebut Perguruan Pusat KawahTarung Derajat. Dalam perjalanannya beladiri ini dikenal dengan nama Boxer. Pada perguruan pusat inilah Tarung Derajat dikembangkan, baik dari segi ilmu dan keilmuannya maupun dari segi pemasalannya kepada masyarakat.
Dari tahun ke tahun perguruan semakin banyak memiliki murid, tapi tidak semuanya berniat untuk belajar utuh. Kenyataanya masih banyak orang-orang yang ingin “mencoba-cobanya”. Caranya mereka pura-pura masuk menjadi anggoata boxer, niatnya hanya mencari sisi lemah perguruan saja. Jadi cukup banyak suka dan dukanya, bahkan lima tahun sejak perguruan berdiri (1972 sampai 1978) banyak kendala dan rintangan yang dihadapi. Suatu hal yang lumrah dalam sebuah perjuangan. Kendala dan rintangan datang bukan hanya dari dalam perguruan sendiri, tapi juga datang dari luar. Kendati demikian, sang Guru berusaha tetap tegar dan ulet dalam menyikapi setiap kendala yang datang, malah Sang Guru menjadikan hal itu sebagai potensi untuk mendukung perguruan agar lebih maju lagi (Tabloid BOM edisi 27, Agustus 1999). Keadaan yang demikian menunjukkan bahwa, beladiri Tarung Derajat bukan lagi miliknya pribadi Sang Guru, akan tetapi kepemilikannya itu sudah melibatkan banyak pribadi masyarakat luas dari berbagai kalangan, suku, agama dan budaya.

Menyadari hal yang demikian dalam kurun waktu antara 1978 sampai 1983, Sang Guru mengadakan penelitian dan mengembangkan beladirinya, yaitu dengan menata ulang dasar teknik dan meramu seni gerak dari jurus Boxer kemudian mematenkan lambang Boxer (Tarung Derajat) sebagai hasil ciptaannya. Pada waktu ini, sang guru menemukan sebuah buku tentang ilmu hayat, buku tersebut mengilhami beladiri ini mengenai fungsi dan anatomi tubuh manusia yang menunjukkan bagian mana saja yang bisa dikuatkan untuk memukul dan menendang serta bagian mana sisi lemah dari kemampuan manusia. Dari sinilah Sang Guru dapat menemukan teknik jurus yang mengoptimalkan kekuatan pukulannya, yaitu dengan menggabungkan lima unsur utama khas Boxer, yakni: kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan. Semua unsur itu dapat berfungsi sebagai pertahanan diri dan menerapkan prinsip “menyerang untuk menang” dengan menerapkan falsafah dalam pembentukan keuletan diri untuk berlatih adalah “berlatih beladiri tarung derajat adalah untuk menaklukan diri sendiri, tapi bukan untuk ditaklukkan orang lain” (AD/ART KODRAT, 1994).
Setelah penataan teknik boxer dilakukan sebagai kemampuan otot (pisik), serta untuk keseimbangan pikiran (intelektual) dan nurati (sikap mental) untuk menemukan jatidiri sebagai “Kesatria Pejuang dan Pejuang Kesatria”, maka sang guru menerapkan sebuah motto yaitu: “Aku ramah bukan berarti takut, aku tunduk bukan berarti takluk” Pesan ini selalu ditekankan kepada anak didik yang menekuni Tarung Derajat yang diformulasikan pada setiap latihan dilakukan. Semua kemampuan (otot, otak, dan nurani) diaplikasikan dalam urutan materi latihan yang sudah disusun berdasarkan “kurikulum” formalitas beladiri Tarung Derajat dan materi latihan disesuaikan dengan tingkatan (Kurata) singkatan ---kuat, berani, dan tangkas) –SK Sang Guru Tarung Derajat no. 16/KEP GUTAMA/STD/XII/1991. Kurata terdiri dari tujuh tingkatan Kurata I s/d Kurata VII. Tingkat lanjutan Kurata adalah tingkat “ZAT” yang ditandai memakai sabuk hitam.
Di samping penatan teknik beladiri yang dipelajari secara khusus, kemudian juga dikemas melalui perguruan ini teknik bertarung yang diperlombakan atau yang mengarah kepada olahraga prestasi yang memakai peraturan dan ketentuan yang harus diikuti oleh semuat atlet/petarung. Dalam olahraga ini juga dikenal rangkaian gerak (Ranjer) dan beladiri praktis. Perkembangan Boxer dari tahun 1981 s/d 1983 agak mengalmi staknasi, yaitu peminatnya malah berkurang, pada hal kurikulum dan materi latihan sudah disesuaikan dengan tuntutan tingkatan dan seni geraknya telah dipermantap tak jauh berbeda dengan kata dalam olahraga karate, nomor seni dalam pencak silat. Sang Guru pernah berkata, mungkin karena beladiri ini terlanjur dicap sebagai olahraga keras, sehingga konotasinya olahraga Boxer berkelahi jalanan. Dari tantangan tersebut Sang Guru lebih banyak belajar lagi, baginya seolah tiada hari tanpa belajar. Ilmu-ilmu beladiri lain, ia jadikan sebagai bahan bandingan dari hasil penelitian-pengembangan, kemudian diuji, sebelum resminya berdiri olahraga Tarung Derajat dijadikan olahraga prestasi dan dipertandingkan.

C. Tarung Derajat Menuju Olahraga Prestasi

Dari kurun waktu lima tahun yakni tahun 1984 sampai 1988, Sungguhpun peminat dan pencita Boxer pada waktu ini agak mengalami penurunan, namun itu tadak menjadi halangan bagi Sang Guru untuk lebih mengembangkan beladirinya ke semua strata masyarakat termasuk pada kalangan militer diberbagai kesatuan. Pada saat ini pulalah Sang Guru banyak mendapat tantangan terutama kritikan yang muncul dimasyarakat yakni “kalau mau jadi jagoan, jangan Cuma dijalanan, cobalah buat kejuaraan/pertandingan yang bisa melihat kemampuan beladiri Boxer pada suatu arena (matras/reng)”. Dari kritikan inilah Sang Guru mencoba menata struktur organisasi dari perkumpulan Satuan Latihan (Satlat) yang ada di Kota Bandung dan daerah sekitarnya. Tekad pertama adalah bagaimana mengujudkan boxer bisa dipertandingkan sama dengan cabang beladiri lain.

Membentuk olahraga prestasi yang dibuktikan melalui pertandingan, harus ada kaidah-kaidah, ketentuan-ketentuan, dan peraturan yang baku untuk diterapkan dalam sebuah parameter keolahragaan. Untuk memenuhi tuntutan maka dirancanglah teknik-teknik yang khas Aa-boxer untuk dipertandingkan. Merancang sarana untuk pertandingan, seperti arena tarung, pakaian tanding, dan alat-alat yang digunakan oleh tenaga pelaksana. Mencetak para wasit-juri yang akan menjalankan ketentuan-ketentuan dan peraturan pertandingan. Mengkondisikan bagaimana supaya pertandingan itu ramai disaksikan oleh penonton, memikat dan menarik.
Pada tahun 1988, Boxer pertama kali mengadakan kejuaraan yang disebut “Tarung Bebas AA-BOXER CUP” di Kota Bandung. Semenjak itulah beladiri ini semakin dikenal oleh masyarakat. Malah yang sangat tertarikt secara emosional waktu itu adalah Panglima Daerah Militer (Pangdam) III/Siliwangi yaitu Mayor Jenderal Arie Sudewo. Kedekatan beliau dengan Boxer, sampai sekarang Bapak Arie Sudewo masih setia menjadi Pembina Utama pada Pengurus Besar (PB) Tarung Derajat. Disamping itu, tercatat juga Wali Kota Bandung waktu itu Bapak Otje Djundjunan (suami) Ibu Dra. Ny. Hj Popong R. Otje Djundjunan yang sampai sekarang Ibu Otje masih menjadi pembina PB Tarung Derajat.
Kejuaraan pertama yang disebut “Tarung Bebas” menerapkan beberapa faktor teknis yang berkembang secara almiah, yaitu memakai prinsip “menyerang untuk menang” sebagai tabu bagi petarung. Perolehan nilai atau poin untuk pemenang, memakai sistem perkenaan langsung (full body contact) sebagai khas utama olahraga Boxer. Dasar penerapan teknik bertanding, menerapkan lima unsur beladiri, yaitu memukul, menendang, menangkis, membanting dan mengelak. Pembentukan mental yang membaja petarung menerapkan lima kunci unsur kemampuan, yaitu kekuatan, kecepatan, ketepatan, keberanian, dan keuletan (Sang Guru dalam GO, 1996). Sebelum peterung (atlet) diterjun kearena kejuaraan, semuanya dibekali dengan kualitas teknik yang sama dan memiliki sertifikasi petarung minimal pemegang tingkatan Kurata IV. Kemudian, supaya perbedaan bobot badan jangan mencolok, pertimbangan berat badan adalah menjadi ukuran nomor atau kelas pertandingan yang diklasifikasikan mulai dari kelas ringan (49 kg ke bawah) sampai kelas bebas (65 kg ke atas).

Atas dasar penilaian kemampuan petarung yang memiliki indikasi kemampuan yang sama secara kualitas teknik, maka tidak ada dikenal istilah petarung unggulan. Semua petarung dianggap sama, tidak dipersoalkan ia dari tingkatan kurata IV (sabuk biru), kurata VI (sabuk merah), dan tingkatan Zat (sabuk hitam).

Atas dasar itulah, penempatan lawan tanding ditentukan secara undian (acak), mereka mengenal lawan tanding hanya beberapa saat menjelang pertandingan akan dimulai. Pengalaman dan pengembangan kemajuan telah banyak menunjukkan, bahwa petarung berperingkat kurata IV atau V menaklukan petarung tingkat Zat. Untuk itu, keterujian petarung tergantung kematangan menerima materi latihan dari pelatih dan pengalaman seringnya mengikuti kejuaraan lokal dengan mitra tanding sebelum berlaga pada kejuaraan “Tarung Bebas AA-BOXER Cup”.

Sukses pelaksaan kejuaran yang pertama, tentu dengan ada beberapa cacatan Litbang Perguruan Boxer, maka tahun 1991 digelar kejuaraan Tarung Bebas AA-BOXER Cup II dan tahun 1994 kejuaraan Tarung bebas AA-BOXER Cap III atau disebut juga kejuaraan Tarung Bebas Bandung Raya Cup. Tahun 1995 digelar Kejurnas IV Tarung Bebas Boxer. Pada tahun 1996 kejuaraan Piala AA-BOXER V (kejurnas V). Harapan yang strategis Perguruan AA-BOXER untuk masuk menjadi anggota KONI Pusat hampir terbuka lebar yakni dengan terpenuhinya persyaratan 5 (lima) kali mengadakan kejuaran yang bersekala Nasional, maka olahraga Beladiri Tarung Derajat kualifikasi cabang akan diakui oleh KONI Pusat sebagai cabang olahraga prestasi resmi dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON). Namun untuk pengakuan secara resmi perlu menata secara teknis lagi bentuk dan khas yang diterapkan anatara kejuaraan AA-BOXER Cup I samapai Kejurnas V hampir sama, yaitu memakai sistem perkenaan langsung (full body contact) tanpa pelindung yang menyangkut dengan keselamatan petarung, baik wajah, badan, selangkangan, gigi, kepalan tangan dan kesan brutal yang berlebihan sudah menjadi catatan Litbang KONI Pusat.

D. Tarung Derajat Resmi Jadi Anggota Koni Pusat

Tekad yang kuat untuk menjalankan organisasi mulai terwadahi dari terbentuknya Kepengurusan Pusat Tarung Derajat Priode 1991-1994 dibawah kepemimpinan Ketua Umum Brigjend. TNI. HMA. Sampoerna. Waktu pertama kali mengadakan musyawarah Nasional keanggotan daerah pada tahun 1992 baru mencapai 10 wilayah. Seiring rentangan waktu dan perkembangan kemajuan yang dicapai oleh organisasi Boxer yang pada tahun 1994 sudah memasyarakat pada 15 propinsi di Indonesia. Daerah yang dimaksud pada waktu itu adalah: Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY Yogyakarta, Bali, NTB, Lampung, Sumsel, Jambi, Riau, Sumbar, Sumut, Kaltim, dan Kalbar (data ST, No. Istimewa/PB/VI/1994).
Kelayakan perkembangan bidang organisasi yang diminta oleh KONI Pusat sudah terpenuhi yakni persyaratan hanya 10 daerah dan malah sudah melebi target yaitu mencapai 15 daerah. Namun dari segi bidang pengembangan dan penelitian teknis masih banyak yang harus dipenuhi untuk jadi cabang olahraga keanggotaan KONI Pusat, Indra Jati Sidi waktu itu selaku Litbang KONI Pusat menyebutkan “Kalau boxer sudah masuk KONI Pusat dan dipertandingkan di PON atau tempat yang lebih tinggi lagi, perlu dipertimbangkan penggunaan alat pelindung (body protector). Sementara selama ini, body protector tidak ada dalam tradisi Boxer (Tabloit GO, 1996). Kemudian masalah nama cabang olahraga “Boxer” yang kesannya nama yang diadopsi dari cabang Boxing/tinju, kick boxing ala Amerika dan Thai-Boxing ala Thailand, agaknya perlu disempurnakan.

Menanggapi hal yang demikian, maka Sang Guru, sebagai pemimpin Perguruan Boxer-Seni Keperkasaan AA-Boxer, masih bertahan dengan tradisi dan ciri khas yang ada: pertarungan Boxer tetap olahraga contak langsung (full body contact) tanpa menggunakan alat pelindung. Alasan Sang Guru, “kalau pakai alat pelindung tubuh, boxer akan kehilangan ciri khasnya. Sepanjang sejarah boxer, belum ada petarung yang cacat tubuh, apalagi sampai meninggal karena adu pukul dan tendangan. Soal tetesan darah atau patah tangan itu biasa”.

Dengan demikian secara teknis masih terkendala untuk memenuhi syarat-syarat yang diminta KONI Pusat. Namun Sang Guru waktu itu, masih punya alternatif, yaitu: (1) bisa saja dipertahankan versi Boxer, pertarungan bebas tanpa pembedaan kelas dan tanpa alat pelindung segala macam khusus untuk nomor tradisional; (2) khusus untuk konsumsi KONI atau PON kelak, Boxer memakai alat pelindung badan/wajah (Bola, Agustus 1996). Mengenai nama organisasi pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk mengganti, dulunya “Boxer” menjadi Keluarga Olaharaga Beladiri Tarung Derajat yang disingkat KODRAT.

Untuk meluluskan persyaratan resmi jadi anggota KONI Pusat, maka bidang pertandingan dan bidang teknik PB KODRAT bersama Sang Guru Tarung Derajat dan anggota Raparnas 9 Agustus 1996 agar mencari solusi yang terbaik, demi tercapainya cita-cita agar Tarung Derajat diakaui dan disejajarkan dengan cabang olahraga lainnya di Indonesia maupun diluar Negeri.

Akhirnya Sang Guru memutuskan “mengalah untuk menang” agaknya mesti diterapkan untuk konsumsi KONI dan PON Tarung Derajat memakai pelindung (body Protector) dengan memakai Gamsil untuk gigi, batok untuk selangkangan/kemaluan, dan hand box untuk kepalan tangan. Konsekwensi dari keputusan yang diambil Sang Guru, adalah anugrah kemenangan yang penantian cukup lama, tapi pasti, yaitu tepat pada tanggal 6 Januari 1997, KONI Pusat memutuskan Penerimaan Pengurus Besar Keluarga Olahraga Tarung Derajat (PB KODRAT) sebagai anggota Biasa KONI Pusat, nomor: 06/RA/1997.

E. Eksibisi Pekan Olahraga Nasional (PON) XV-2000

Setelah Tarung Derajat resmi diterima KONI Pusat yang tercatat sebagai anggota ke-53, maka secara organisasi dan pembenahan semua bidang terus ditingkatkan. Untuk konsolidasi organisasi pertama diadakanlah Musyawarah Nasional Ke I Keluaraga Olaharaga Tarung Derajat, pada tanggal 12-13 April 1997. Seiring dengan kegiatan ini, juga dilaksanakan Pelatihan Pelatih dan wasit-juri Nasional yan bertujuan untuk penyetaraan teknik guna mengantisipasi kekurangan pelatih dan menambah jumlah wasit-juri di daerah seluruh Indonesia. Dari kegiatan munas tersubut, melahirkan berbagai konsep untuk pengembangan tarung Derajat termasuk merancang program uji-coba kejurnas I yang bentukknya sudah mendekatik pelaksanan Multi Evan seperti PON yang sudah bisa mengakomodir rekomondasi dan petunjuk KONI Pusat terutama menerapkan alat pelindung pada bagian yang pital untuk keselamatan petarung secara ilmu kesehatan olahraga (sport medicine).

Tepat pada tanggal 5-6 Juli 1998 diadakanlah Kejurnas I Tarung Derajat di Kota Bandung Jawa Barat. Banyak memang perubahan yang diterapkan secara teknis dan non-teknis. Secara teknis misalnya, nomor/kelas yang dipertandingkan tujuh kelas, sebelumnya lima kelas. Non-teknis misalnya setiap daerah yang ikut hanya beleh satu petarung mengikuti satu kelas pertandingan, sebelumnya boleh satu daerah atletnya lebih pada satu kelas. Dengan cara demikian otomatis pendstribusian atlet setiap daerah akan merata dan peluang untuk menjadi pemenang akan semakain terbuka.
Perbedaan yang diterpkan pada kejurnas pertama, akan menampakkan perkembangan pembinaan olahraga prestasi berkembang di banyak daerah. Tarung Derajat sebelum resmi jadi anggota KONI Pusat, pembinaan olahraga prestasi terlihat berkembang hanya di Kota Bandung-Jawa Barat. Jadi menerapkan distribusi, prinsip hak sama, maka pada kejurnas I prestasi Cabang Olahraga Tarung Derajat sudah hampir merata di setiap daerah. Data prestasi Kejurnas I menunjukkan dari tujuh medali emas yang diperebutkan Jawa Barat meraih (4 emas, 1 perunggu), Sumbar (2 emas, 2 perak, 1 perunggu), dan NTB (1 emas).

Berdasarkan hasil evaluasi Kejurnas I yang dikemukakan oleh Ketua umum PB KODRAT priode 1997-2000, Letjen TNI (Purn) Serya Subrata dalam (PR, 1998) menyebutkan hasil musyawarah kerja Nasional dan kejurnas I tarung bebas telah menghasilkan berbagai tugas yang menuntut penangan baik dalam pembinaan organisasi maupun pembinaan prestasi. Dengan demikian, kenyataan itulah KONI Pusat juga memutuskan Tarung Derajat diikut sertakan pada PON XV-2000 Surabaya Jawa Timur untuk pertama kali sebagai cabang olahraga Eksibisi.

Pertandingan PON XV-2000 Surabaya, adalah akumulasi dari semua perbaikan yang dilakukan dari semua bidang yang ada pada PB KODRAT. Nomor/kelas yang diperebutkan pada PON XV yakni 9 kelas dengan medali (9 emas, 9 perak, 18 perunggu). Tercatat juga sebagai pertandingan yang sukses penyelenggaraannya dan tidak ada terjadi suatu keributan serta kericuhan. Di samping itu terkesan juga Tarung Derajat berdisiplin tinggi, sebagai bukti, walau cabang eksebisi waktu itu, semua kegiatan yang disusun oleh PB PON XV-2000, dari awal pembukaan sampai penutupan diikuti secara tertip dan teratur. Hal itulah yang menjadikan Tarung Derajat untuk bisa berkembang dan contoh oleh masyarakat Indonesia, serta menjadi catatan akreditasi KONI Pusat untuk masuk menjadi cabang olahraga prestasi pada “multi event PON XVI-2004”.

F. Resmi Mengikuti Kejuaraan Multi Event PON XVI-2004 Palembang

Jadi lahirnya ilmu beladiri yang bernama “Tarung Derajat” sebenarnya bersumber, dicari dan digali dari alam nan luas dengan segala aspek kehidupannya, kemudian diangkat kepermukaan sebagai hasil suatu Pengalaman dan renungan hidup Sang Guru (Haji Achmad Dradjat, Drs.). Untuk kemudian “dicetak” melalui perjuangan masa yang panjang, usaha dengan tekat yang keras, penganalisaan yang tajam, rasional untuk diterima, realistis untuk dipahami, dinamis dalam pergerakan, praktis dilaksanakan dan evektif untuk digunakan. Diharapkan belajar beladiri “Tarung Derajat” dapat mengujudkan “manusia yang berhakekat manusia” sebagai lambang pribadi mandiri BOXER yang menjadi logo Tarung Derajat atau induk organisasi KODRAT.

Makna yang tercantum dalam pribadi mandiri BOXER yang dimanipestasikan dalam setiap insan masyarakat yang mengikuti kegiatan latihan Tarung Derajat. Merupakan keharusan dan perlu disadari bahwa Tarung Derajat adalah sebagai wadah menampung minat, menyalurkan bakat dan hoby dalam rangka membentuk watak dan karakter pribadi yang mencerminkan manusia yang berhakekat manusia yang memiliki: kejujuran, kesetiaan, keberanian moral, budi pekerti, kemandirian, kepribadian, patriotisme, mental baja, rendah hati, jiwa besar, sabar, pemikiran yang positif, dan tanggung-jawab (AD/ART Kodrat: 1994). Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan didalam pelaksanaan pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang masyarakatnya adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Melalui masa yang panjang dan keterujian Tarung Derajat yang sudah pasti menempatkan dirinya menjadi yang terbaik untuk membangun bangsa dalam dunia olahraga, maka akhirnya Tarung Derajat tercatat dalam sejarah olahraga beladiri di Indonesia menjadi cabang resmi olahraga prestasi KONI Pusat yang pertama resmi dipertandingkan pada multi event PON XVI-2004 Palembang. Sekarang Tarung Derajat boleh bangga dengan perjuangannya, namun usaha itu belum lengkap, kalau belum semua bangsa di dunia ini mengakuinya. Untuk itu, semboyan untuk membakar semangat Tarung Derajat agar lebih maju mendunia kata pembina utama PB KODRAT (Mayor Jenderal Arie Sudewo) dalam kesempatan penutupan Pelatihan Pelatih Dasar tingkat Nasional dalam rangka PON XVI-2004 di Palembang adalah “sekali Tarung Derajat eksis diakui KONI Pusat, selamanya tetap eksis ”. Pada kesempatan itu semua peserta pelatihan dari 20 daerah se-Indonesia dan disanksikan Pengurus Daerah bersama Sang Guru menjawab BOX!! … BOX!!! . Ini pertanda pernyataan sikap seluruh anggota Keluarga Besar Tarung Derajat seutuhnya. Insya’ Allah, niat yang tulus dan iklas dikabulkan-Nya. Amin.

Penulis Drs.H.Alnedral
Copied from internet
Edited by : Fahrurozi (Satlat UIN Kurata V)

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-3825289919014053",
    enable_page_level_ads: true
  });

</script>



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<!-- UpperAd -->
<ins class="adsbygoogle"
     style="display:inline-block;width:300px;height:600px"
     data-ad-client="ca-pub-3825289919014053"
     data-ad-slot="6931461828"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>